Tuesday, December 17, 2013

Pelatihan Bahasa Isyarat pertama.

Seminggu yang lalu, tanggal 7 Desember 2013 Akar Tuli mengadakan pelatihan bahasa isyarat untuk pertama kalinya secara formal. Sebenarnya Akar Tuli sudah mengadakan beberapa kali pelatihan bahasa isyarat, namun sifatnya santai dan biasanya hanya untuk beberapa teman-teman hearing saja. Makanya, pengurus Akar Tuli sepakat untuk mengadakan pelatihan bahasa isyarat yang lebih resmi, peserta yang banyak dan materi yang berbeda setiap pertemuanya.



Setelah persiapan selama beberapa hari, mulai dari penentuan waktu dan tempat, menjarkom beberapa teman tuli dan memberikan pengumuman di berbagai media sosial, akhirnya persiapan tersebut selesai juga. Pengurus menetapkan pelatihan bahasa isyarat pada tanggal 7 Desember 2013 karena merupakan hari Sabtu yang tidak akan membuat jadwal kuliah pengurus dan peserta terganggu. Selain itu, tempat yang disepakati sebenarnya adalah Gazebo FK UB meskipun akhirnya dipindah ke lapangan rektorat karena Gazebo FK dipakai untuk acara organisasi lain dan dipindah lagi ke depan GKB karena pengurus takut pelatihan bahasa isyarat akan terganggu oleh turunnya hujan. Peserta yang mendaftar sejak pertama kali diumumkannya pelatihan bahasa isyarat juga lumayan banyak ada 35 orang pendaftar meski beberapa pendaftar tidak bisa hadir dan ditambah oleh beberapa orang yang tertarik berbahasa isyarat di hari pelatihan sehingga total peserta yang hadir berjumlah 40 orang.
Persiapan pelatihan bahasa isyarat

Setelah menunggu hampir setengah jam untuk persiapan pelatihan dan menunggu peserta datang, akhirnya pelatihan bahasa isyarat pun dimulai. Dina, sekretaris Akar Tuli mengabsen oleh semua peserta dan membagikan lembar fotokopian huruf A-Z dengan menggunakan 1 dan 2 tangan. Setelah semua selesai absen, Pelatihanpun dibuka oleh Dina, Sekretaris Akar Tuli yang bertugas sebagai MC di pelatihan Bahasa Isyarat. Dina memang sengaja menjadi MC di pelatihan tersebut karena Akar Tuli ingin menunjukkan bahwa tuli tidak hanya bisa berbahasa isyarat saja melainkan juga bisa berbahasa verbal seperti yang ditunjukkan oleh Dina.


Dina mengucapkan terima kasih untuk semua peserta dan panitia yang sudah datang di acara pelatihan Bahasa Isyarat sambil merasa kebingungan karena Dina juga memakai bahasa isyarat pada beberapa kalimat. Setelah beberapa kalimat dari Dina, sekarang giliran Fikri si ketua Akar Tuli untuk memberikan sambutannya. Fikri mengungkapkan rasa senangnya karena bisa melihat banyak teman-teman hearing yang tertarik untuk belajar Bahasa Isyarat. Fikri juga menjelaskan bahwa cara berkomunikasi dengan teman-teman tuli sebenarnya ada 3 cara yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Meski demikian, sebagian besar dari masyarakat tuli lebih sering berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Isyarat karena nyaman dan mudah bagi masyarakat Tuli. Oleh karena itu, Akar Tuli berinisiatif untuk mengadakan pelatihan bahasa isyarat. Acara ini juga menjadi bukti bahwa teman-teman tuli juga bisa berorganisasi dengan mandiri. Penjelasan dari Fikri disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh salah satu volunteer Akar Tuli, Vida.



Penjelasan dari Fikri sebenarnya bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada semua peserta pelatihan bahwa penggunaan bahasa Isyarat seharusnya tidak dilarang dan akan jauh lebih mudah jika masyarakat hearing mampu berkomunikasi bahasa Isyarat. Setelah penjelasan dari Fikri selesai, pelatihan bahasa isyarat dilanjutkan dengan mengajarkan huruf bahasa isyarat kepada seluruh pelatihan. Pelatihan tersebut dipimpin oleh Roni, wakil dari Akar Tuli dan Fikri secara bergantian. Pelatihan pertama dimulai dengan latihan dengan menggunakan huruf 1 tangan bahasa isyarat yang dipimpin oleh roni. Setelah semua peserta sudah bisa menghafalkan a-z dengan menggunakan 1 tangan. Pelatihan dilanjutkan oleh Fikri dengan memimpin penggunakan huruf isyarat dengan menggunakan 2 tangan. Pembelajaran dengan dua cara ini bertujuan untuk memudahkan teman-teman normal untuk berkomunikasi bahasa isyarat dengan lancar, jadi peserta mendapatkan informasi yang lengkap dan bebas memilih menggunakan 1 atau 2 huruf.


Setelah semua merasa mulai terbiasa dengan huruf Isyarat, satu per satu peserta diminta untuk menyebutkan nama mereka masing-masing dengan menggunakan huruf isyarat. Jika mereka lupa dengan huruf isyarat, peserta bisa melihat kertas yang tadi dibagikan. Selain itu juga mereka diminta untuk menyebutkan asal daerah mereka masing-masing sementara Fikri mengajarkan bahasa Isyarat dari kota mereka masing-masing. Beberapa peserta yang berasal dari Kediri dan jember hanya bisa tertawa sebal ketika Fikri tidak mengetahui bahasa isyarat dari tempat mereka masing-masing. Selain itu, Fikri juga memberikan pengetahuan asal dari bahasa isyarat kota asal peserta, contohnya adalah Malang. Malang dalam bahasa isyarat adalah dengan membentuk angka tiga pada masing-masing tangan, meletakkannya pada pipi dan menggerakkannya ke luar pipi. Fikri menjelaskan bahwa asal dari bahasa isyarat tersebut adalah lambang ‘Singo Edan’ yang menjadi lambang dari tim sepak bola terkenal yang berasal dari kota Malang. Fikri juga menjelaskan pengetahuannya terhadap bahasa isyarat masing-masing kota didapatnya dari teman-teman tuli yang memang berasal dari tempat tersebut sehingga Fikri tidak membuat ngawur isyarat tersebut.

Setelah menjelaskan tentang huruf isyarat, nama dan asal, Fikri memimpin teman-teman tuli dan hearing untuk membentuk kelompok kecil. Setiap kelompok berisi 1 tuli dan 2 hearing yang pada masing-masing kelompok diberikan sebuah modul yang berisi tentang beberapa kata kerja, kata tanya, kata keluarga dan kata sapaan. Pembentukan kelompok kecil ini bertujuan untuk memberikan kesempatan teman-teman tuli dan hearing menjadi lebih akrab. Teman-teman hearing juga bebas mencoba dan menanyakan berbagai kata lain selain kata-kata yang ada di modul. Kalau kebingungan, teman-teman hearing bisa mengeja huruf dari kata yang diinginkannya dan kemudian menanyakannya kepada teman tuli di kelompoknya. Beberapa peserta yang merasa kebingungan sebenarnya berusaha untuk meminta bantuan dari volunteer Akar Tuli. Tapi maaf ya, volunteer sengaja untuk membiarkan kebingungan itu supaya teman-teman hearing berusaha maksimal untuk berkomunikasi dengan tuli. Jadi mulai lah komunikasi oral dan tulis ketika peserta kebingungan dengan isyarat. Untuk mengisi kekosongan perut, panitia pelatihan membagikan roti dan air mineral secara gratis kepada seluruh peserta.



Tidak terasa jam menunjukkan pukul 15.00, peserta dan pengurus pun mengakhiri kelompok kecil tersebut. Fikri meminta 2 orang anak untuk mengungkapkan perasaannya setelah pelatihan bahasa isyarat. Perempuan pertama bernama Listi bilang ‘saya senang sekali bisa belajar bahasa isyarat’. Hal lucu terjadi saat Fikri menunjuk salah satu peserta pria untuk mengungkapkan perasaannya. Peserta pria tersebut tidak menjelaskan perasaannya tetapi justru mengatakan “Nama Saya *rahasia*, Saya asal dari bogor. Saya jurusan Psikologi” dan mengatakannya dalam bahasa isyarat yang terpatah-patah.

Setelah mengucapkan terima kasih, Fikri juga mengingatkan untuk terus berlatih bahasa isyarat dan harus tetap semangat. Selain itu, fikri juga mengumumkan setiap pengumuman akan dijarkom via sms dan twitter.
Selesai sudah pelatihan bahasa isyarat pertama yang diadakan Akar Tuli. Banyak kesan dan pengalaman yang dirasakan oleh seluruh Pengurus Bahasa isyarat. Tetapi satu hal yang pengurus Akar Tuli sama-sama rasakan adalah keyakinan bahwa Bahasa Isyarat akan diakui sebagai Bahasa Pemersatu teman-teman tuli di dunia. 





Sampai jumpa di Pelatihan kedua.. :)

No comments:

Post a Comment