Seminggu
yang lalu, tanggal 7 Desember 2013 Akar Tuli mengadakan pelatihan bahasa
isyarat untuk pertama kalinya secara formal. Sebenarnya Akar Tuli sudah
mengadakan beberapa kali pelatihan bahasa isyarat, namun sifatnya santai dan
biasanya hanya untuk beberapa teman-teman hearing
saja. Makanya, pengurus Akar Tuli sepakat untuk mengadakan pelatihan bahasa
isyarat yang lebih resmi, peserta yang banyak dan materi yang berbeda setiap
pertemuanya.
Setelah
persiapan selama beberapa hari, mulai dari penentuan waktu dan tempat,
menjarkom beberapa teman tuli dan memberikan pengumuman di berbagai media
sosial, akhirnya persiapan tersebut selesai juga. Pengurus menetapkan pelatihan
bahasa isyarat pada tanggal 7 Desember 2013 karena merupakan hari Sabtu yang
tidak akan membuat jadwal kuliah pengurus dan peserta terganggu. Selain itu,
tempat yang disepakati sebenarnya adalah Gazebo FK UB meskipun akhirnya
dipindah ke lapangan rektorat karena Gazebo FK dipakai untuk acara organisasi
lain dan dipindah lagi ke depan GKB karena pengurus takut pelatihan bahasa
isyarat akan terganggu oleh turunnya hujan. Peserta yang mendaftar sejak
pertama kali diumumkannya pelatihan bahasa isyarat juga lumayan banyak ada 35
orang pendaftar meski beberapa pendaftar tidak bisa hadir dan ditambah oleh
beberapa orang yang tertarik berbahasa isyarat di hari pelatihan sehingga total
peserta yang hadir berjumlah 40 orang.
Persiapan pelatihan bahasa isyarat
Setelah menunggu hampir setengah jam untuk
persiapan pelatihan dan menunggu peserta datang, akhirnya pelatihan bahasa
isyarat pun dimulai. Dina, sekretaris Akar Tuli mengabsen oleh semua peserta dan
membagikan lembar fotokopian huruf A-Z dengan menggunakan 1 dan 2 tangan.
Setelah semua selesai absen, Pelatihanpun dibuka oleh Dina, Sekretaris Akar Tuli
yang bertugas sebagai MC di pelatihan Bahasa Isyarat. Dina memang sengaja
menjadi MC di pelatihan tersebut karena Akar Tuli ingin menunjukkan bahwa tuli
tidak hanya bisa berbahasa isyarat saja melainkan juga bisa berbahasa verbal
seperti yang ditunjukkan oleh Dina.
Dina
mengucapkan terima kasih untuk semua peserta dan panitia yang sudah datang di
acara pelatihan Bahasa Isyarat sambil merasa kebingungan karena Dina juga
memakai bahasa isyarat pada beberapa kalimat. Setelah beberapa kalimat dari
Dina, sekarang giliran Fikri si ketua Akar Tuli untuk memberikan sambutannya.
Fikri mengungkapkan rasa senangnya karena bisa melihat banyak teman-teman hearing yang tertarik untuk belajar
Bahasa Isyarat. Fikri juga menjelaskan bahwa cara berkomunikasi dengan
teman-teman tuli sebenarnya ada 3 cara yang memiliki kelebihan dan kekurangan.
Meski demikian, sebagian besar dari masyarakat tuli lebih sering berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Isyarat karena nyaman dan mudah bagi masyarakat Tuli.
Oleh karena itu, Akar Tuli berinisiatif untuk mengadakan pelatihan bahasa
isyarat. Acara ini juga menjadi bukti bahwa teman-teman tuli juga bisa
berorganisasi dengan mandiri. Penjelasan dari Fikri disampaikan dengan
menggunakan bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh salah satu volunteer Akar Tuli, Vida.
Penjelasan
dari Fikri sebenarnya bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada semua
peserta pelatihan bahwa penggunaan bahasa Isyarat seharusnya tidak dilarang dan
akan jauh lebih mudah jika masyarakat hearing
mampu berkomunikasi bahasa Isyarat. Setelah penjelasan dari Fikri selesai,
pelatihan bahasa isyarat dilanjutkan dengan mengajarkan huruf bahasa isyarat
kepada seluruh pelatihan. Pelatihan tersebut dipimpin oleh Roni, wakil dari Akar
Tuli dan Fikri secara bergantian. Pelatihan pertama dimulai dengan latihan
dengan menggunakan huruf 1 tangan bahasa isyarat yang dipimpin oleh roni.
Setelah semua peserta sudah bisa menghafalkan a-z dengan menggunakan 1 tangan.
Pelatihan dilanjutkan oleh Fikri dengan memimpin penggunakan huruf isyarat
dengan menggunakan 2 tangan. Pembelajaran dengan dua cara ini bertujuan untuk
memudahkan teman-teman normal untuk berkomunikasi bahasa isyarat dengan lancar,
jadi peserta mendapatkan informasi yang lengkap dan bebas memilih menggunakan 1
atau 2 huruf.
Setelah
semua merasa mulai terbiasa dengan huruf Isyarat, satu per satu peserta diminta
untuk menyebutkan nama mereka masing-masing dengan menggunakan huruf isyarat. Jika
mereka lupa dengan huruf isyarat, peserta bisa melihat kertas yang tadi
dibagikan. Selain itu juga mereka diminta untuk menyebutkan asal daerah mereka
masing-masing sementara Fikri mengajarkan bahasa Isyarat dari kota mereka
masing-masing. Beberapa peserta yang berasal dari Kediri dan jember hanya bisa
tertawa sebal ketika Fikri tidak mengetahui bahasa isyarat dari tempat mereka
masing-masing. Selain itu, Fikri juga memberikan pengetahuan asal dari bahasa
isyarat kota asal peserta, contohnya adalah Malang. Malang dalam bahasa isyarat
adalah dengan membentuk angka tiga pada masing-masing tangan, meletakkannya
pada pipi dan menggerakkannya ke luar pipi. Fikri menjelaskan bahwa asal dari
bahasa isyarat tersebut adalah lambang ‘Singo Edan’ yang menjadi lambang dari
tim sepak bola terkenal yang berasal dari kota Malang. Fikri juga menjelaskan
pengetahuannya terhadap bahasa isyarat masing-masing kota didapatnya dari
teman-teman tuli yang memang berasal dari tempat tersebut sehingga Fikri tidak
membuat ngawur isyarat tersebut.
Setelah
menjelaskan tentang huruf isyarat, nama dan asal, Fikri memimpin teman-teman
tuli dan hearing untuk membentuk
kelompok kecil. Setiap kelompok berisi 1 tuli dan 2 hearing yang pada masing-masing kelompok diberikan sebuah modul
yang berisi tentang beberapa kata kerja, kata tanya, kata keluarga dan kata
sapaan. Pembentukan kelompok kecil ini bertujuan untuk memberikan kesempatan
teman-teman tuli dan hearing menjadi
lebih akrab. Teman-teman hearing juga
bebas mencoba dan menanyakan berbagai kata lain selain kata-kata yang ada di
modul. Kalau kebingungan, teman-teman hearing
bisa mengeja huruf dari kata yang diinginkannya dan kemudian menanyakannya
kepada teman tuli di kelompoknya. Beberapa peserta yang merasa kebingungan
sebenarnya berusaha untuk meminta bantuan dari volunteer Akar Tuli. Tapi maaf ya, volunteer sengaja untuk membiarkan kebingungan itu supaya
teman-teman hearing berusaha maksimal
untuk berkomunikasi dengan tuli. Jadi mulai lah komunikasi oral dan tulis
ketika peserta kebingungan dengan isyarat. Untuk mengisi kekosongan perut,
panitia pelatihan membagikan roti dan air mineral secara gratis kepada seluruh
peserta.
Tidak
terasa jam menunjukkan pukul 15.00, peserta dan pengurus pun mengakhiri kelompok
kecil tersebut. Fikri meminta 2 orang anak untuk mengungkapkan perasaannya
setelah pelatihan bahasa isyarat. Perempuan pertama bernama Listi bilang ‘saya
senang sekali bisa belajar bahasa isyarat’. Hal lucu terjadi saat Fikri
menunjuk salah satu peserta pria untuk mengungkapkan perasaannya. Peserta pria
tersebut tidak menjelaskan perasaannya tetapi justru mengatakan “Nama Saya
*rahasia*, Saya asal dari bogor. Saya jurusan Psikologi” dan mengatakannya
dalam bahasa isyarat yang terpatah-patah.
Setelah
mengucapkan terima kasih, Fikri juga mengingatkan untuk terus berlatih bahasa
isyarat dan harus tetap semangat. Selain itu, fikri juga mengumumkan setiap
pengumuman akan dijarkom via sms dan twitter.
Selesai
sudah pelatihan bahasa isyarat pertama yang diadakan Akar Tuli. Banyak kesan
dan pengalaman yang dirasakan oleh seluruh Pengurus Bahasa isyarat. Tetapi satu
hal yang pengurus Akar Tuli sama-sama rasakan adalah keyakinan bahwa Bahasa
Isyarat akan diakui sebagai Bahasa Pemersatu teman-teman tuli di dunia.
Sampai jumpa di Pelatihan kedua.. :)
No comments:
Post a Comment