Monday, February 13, 2017

Acara Omah Tembi Homestay Bantul

Hai!

Perkenalkan nama saya Rieka Aprilia Hermansyah, biasa dipanggil Rieka. Saya lahir di Tegal - Jawa Tengah, sekarang masih berstatus sebagai mahasiswa manajemen di Universitas Brawijaya Malang. Saya akan menceritakan tentang rangkaian acara bertema "Kesehatan Reproduksi" selama 5 hari (tanggal 13 - 17 Desember 2016) di Omah Tembi Homestay, Bantul, Yogyakarta.

Saya, Ovik (Tuli) dan Edi (Tuli) adalah peserta perwakilan Akar Tuli dalam acara itu, Sry dan Pandu adalah volunteer Akar Tuli yang ikut ke jogja dan menjadi juru bahasa isyarat bagi peserta Tuli. Oya, ada Randi (volunteer Akar Tuli yang telah pindah ke Jember), ia juga menjadi peserta perwakilan Jember. Namun waktu itu Randi yang dari jember ke Malang dan berangkat naik kereta api dengan kami dari stasiun kota baru Malang.

Well, setelah kami ber-6 kumpul di stasiun, dimulailah perjalanan kami yang kami harap seru dan menyenangkan. Yeay!

Sesampai di stasiun Yogyakarta, kami menggunakan aplikasi gr*b untuk mengangkut kami ke penginapan sekaligus lokasi acara:
"Omah Tembi Homestay Bantul".

Wow ternyata omah tembi itu jalanannya desa banget, dan memang berada di desa dengan ciri khas lingkungan yang jawa banget. Bangunan penginapan ini terbuat dari bambu-bambu yang disusun rapi, dengan hiasan-hiasan dinding bergaya tempo dulu serta lampu kuning yang redup. Melihat tempat ini, saya berharap semoga disini bisa nyaman, menyenangkan dan menenangkan. Sejenak lepas dari kehidupan di Malang yang modern dan ramai.

Setelah bersih-bersih diri dan makan malam, kami pun beristirahat agar siap menerima materi-materi yang disajikan besok.

Hari pertama acara pembukaan, menyenangkan sekali berkenalan dengan peserta2 lain. Ada dari Kupang - NTT, Yogyakarta, Jember - Jawa Timur, Malang - Jawa Timur, dan tim SAPDA Yogyakarta. Wah, jauh banget Kupang, pikir saya. Peserta kegiatan ini terdiri dari difabel, orang tua dengan anak difabel dan non difabel.

Banyak sekali ilmu-ilmu penting dan bermanfaat yang dibawakan fasilitator di kegiatan ini. oya, sebelum acara penutup, banyak teman-teman Tuli DAC (Deaf Art Community) berkunjung di Omah Tembi, seru banget berkumpul antara Tuli campur Dengar/hearing, senang berkenalan dan bertukar ilmu, juga mengobrol, hiburan, cerita, dan lain-lain dengan waktu yang lama banget hehe. Ketemu dan ngobrol lama Itu termasuk budaya Tuli lho.

Anyway ada peserta difabel fisik dari Kupang mau belajar bahasa isyarat, teman-teman Tuli DAC mengajarinya dengan senang hati dan kompak. Alhamdulillah.

Setelah acara penutupan, kami salam-salam perpisahan, tetapi Selfie dulu dan foto bersama dulu. Alhamdulillah senang banget lho di Omah Tembi. Segar juga karena sedang hujan saat itu.

Dan akhirnya siang itu kami out check dari Omah Tembi.

Jalan-jalan? Adaaa. Setelah selesai acara, bisa keluar jalan-jalan tapi Tuli pisah dengan volunteer dan ibu-ibu karena urusan masing-masing. Saya, Ovik dan Edi jalan-jalan di Hutan Pinus, Yogyakarta bersama teman-teman Tuli dari DAC. Refreshing dengan jalan-jalan dulu, ketemu dengan teman-teman Tuli di Yogyakarta sebelum pulang ke Malang. Kenapa suka ketemu teman-teman Tuli ya? Tuli dari kota A bisa langsung cepat akrab dengan Tuli kota lainnya, bahkan dari satu negara ke negara lainnya kami bisa cepat akrab. Itu termasuk budaya Tuli gitu. Semoga teman-teman dengar memahami tentang budaya Tuli ok?

Monday, January 9, 2017

2016

Tahun 2016 sepertinya menjadi tahun yang menegangkan bagi saya. Bagaimana tidak, tahun ini adalah tahun ‘hijrah’ bagi saya. Tahun dimana saya harus meninggalkan kota malang, kota tempat saya bernafas, bermain, menjadi remaja alay (sekarang sudah gak kok), patah hati, jatuh cinta hingga tempat saya berkeluh kesah. tahun dimana saya harus memutuskan mau jadi apa saya setelah ini. Tahun dimana saya berusaha untuk mencoba memutar kembali semua kenangan, bukan! bukan untuk menjadi orang yang baper dan gagal move on, tapi berusaha untuk memperbaiki. Tahun dimana saya berusaha untuk membuat berbagai alasan untuk menyerah, dan dengan bodohnya saya menurutinya hingga di tahun yang sama saya menyesali kebodohan saya itu. Tahun dimana saya tidak lagi bisa tidur dan beraktivitas satu kamar dengan kakak saya karena ia telah menemukan kekasih halalnya. Tahun dimana saya menjadi saksi sahabat terdekat saya memperjuangkan cintanya dan naik ke pelaminan. Tahun dimana saya berusaha untuk tak lagi menjadi penggemar oppa-oppa (walau akhirnya gagal ketika saya melihat update terbaru salah satu situs penyedia variety show). Intinya 2016 adalah tahun penuh perjuangan.

Salah satu hal yang paling tak terlupakan bagi saya adalah ketika saya memutuskan untuk pergi dari kota malang. Lupakan sejenak tentang bagaimana kota ini telah menjadi saksi bisu perjuangan cinta ataupun kehidupan saya. Pindah dari kota ini berarti saya tidak bisa lagi siap sedia 24 jam untuk orang-orang terdekat saya disini. Pindah dari kota ini berarti saya memutuskan untuk melanjutkan perjuangan yang sudah saya lakukan selama ini ataupun memulai perjuangan di jalan yang lain di kota yang lain. Pindah dari kota ini berarti saya harus bersiap menjadi seseorang yang lebih baik lagi saat saya (bisa jadi) kembali ke kota ini. Pindah dari kota ini berarti saya tak bisa lagi sesuka hati saya jalan bareng, berdiskusi dan berantem lucu dengan orang-orang yang ada di kota ini. Pindah dari kota ini berarti saya tak lagi bisa menjadi juru bahasa isyarat dan volunteer sesuka hati saya. Pindah dari kota ini berarti saya tak lagi menjadi anggota aktif komunitas akar tuli.

Pindah ke tempat yang lebih baik seharusnya jadi momentum bagi kita untuk merefleksi sejauh mana kita telah berkembang, sejauh mana kita bisa bertahan dan sejauh mana kita bisa ‘mekar’. Pindah ke tempat yang lebih baik seharusnya mendorong kita untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Pindah ke tempat yang lebih baik seharusnya menjadi tantangan bagi kita untuk memenuhi harapan orang lain. Pindah ke tempat yang lebih baik seharusnya menjadi kesempatan kita untuk belajar lebih banyak lagi.

Namun ternyata pindah ke tempat yang lain dan jauh dari komunitas akar tuli membuat saya sadar beberapa hal. Pindah ke lingkungan yang ‘netral’ namun memberikan tuntutan beberapa tanggung jawab menjadikan saya sadar bahwa ada satu hal yang bisa saya lakukan untuk membantu komunitas akar tuli maupun teman-teman tuli di Indonesia. Hal itu adalah membuat penelitian maupun artikel yang berhubungan dengan ketulian. Penelitian maupun artikel dengan topik ketulian di Indonesia itu sangatlah jarang. Itu sudah saya lalui ketika membuat skripsi dulu, hal yang sama juga terjadi ketika saya berusaha mencari topik-topik yang berhubungan dengan ketulian. Kalaupun ada (CMIIW), penelitian di Indonesia berkisar tentang terapi maupun komunikasi efektif untuk siswa tuli. Padahal, penelitian ataupun artikel bisa menjadi jalan bagi saintis, penggiat pendidikan maupun komunitas untuk membuat inovasi dan tentunya berujung pada kesadaran masyarakat tentang ketulian tersebut dan kemajuan aksesibilitas bagi tuli di Indonesia. Penelitian akan membuat jalan bagi peneliti berikutnya untuk terus mengembangkan pemikiran, memperbaiki dan mengembangkan teknologi yang bisa menjadi aksesibilitas masyarakat. Sejujurnya menurut saya banyak hal yang bisa menjadi fokus dari penelitian yang berhubungan dengan ketulian, khususnya jika kita mengangkat topik-topik umum namun sangat mendasar bagi masyarakat tuli. Pernyataan saya ini bukan untuk menjadikan teman-teman tuli menjadi ‘obyek’ penelitian. BUKAN! Pernyataan saya ini mengarahkan pada ‘membuat penelitian yang berhubungan dengan ketulian juga bisa menjadi salah satu cara untuk menyadarkan saintis, pemaku kebijakan, pelajar bahkan masyarakat mengenai kehidupan ketulian’. Setelah membuat salah satu tugas yang berhubungan dengan neurosains dan mencoba membaca berbagai literatur ilmiah yang berhubungan dengan komunikasi tuli (bukan sekedar nyaman tidaknya, namun berhubungan dengan pengaruh ketulian ke dalam proses pengolahan informasi di otak), saya kok jadi membayangkan jika ada satu orang yang ngotot menyatakan ‘komunikasi verbal adalah komunikasi yang terbaik bagi seorang tuli’, maka seorang tuli dengan berani bertanya ‘mana buktinya? apakah sudah ada bukti ilmiahnya? Jika sudah ada, baru saya percaya’. well, contoh terakhir bukan menggambarkan sindiran saya loh.

nb: Tuisan ini ditulis dalam rangka kegiatan pergantian tahun ataupun kenangan membahagiakan di tahun 2016. Tapi setelah saya menulis, mengedit, mengendapkannya selama 2 hari, membaca dan mengeditnya lagi, sepertinya tulisan ini lebih ke arah refleksi dan reminder bagi diri saya. Bantu saya untuk tetap bertahan di jalan ini ya. Saya percaya dukugan, doa dan motivasi dari orang sekitar sangat membantu seseorang untuk menjadi lebih baik. Selamat tahun baru! (fida)

Sunday, December 4, 2016

Asna's Wedding

Halloooo Blogers!!

Perkenalkan nama saya Yoga. Saya adalah wakil ketua Akar Tuli. Ini cerita tentang perjalanan keluarga Akar Tuli pergi ke Bojonegoro.

Jumat malam (18 November), kami berkumpul di kost masing-masing untuk menunggu di jemput teman. Saya mengobrol dengan teman-teman sambil tunggu dijemput di kontrakan WUJ. WUJ itu Wildan, Uut dan Jefri, karena itu biasanya mereka dipanggil WUJ saja hahahahahaha.

Kemudian, datanglah 3 mobil di depan kontrakan WUJ dan kami bersiap-siap berangkat ke Bojonegoro. Jam 12an sudah mulai berangkat. Perjalanan kami asyik sekali karena kami tidak diam saja di mobil. Kami mengobrol sambil bercandaan. Selama perjalanan, ada juga yang tertidur dg pulas 😁 ada juga yang salah satu main hape.

Pada pukul 4 pagi dini hari, kami sampai di Alun Alun Bojonegoro. Salah satu Driver kami membangunkan teman-teman. Ada masjid besar di depan Alun Alun Namanya Masjid Agung Bojonegoro, masjid tersebut sangat indah dan ada menara lampu hias warna warni. Saya bersenang-senang disini karena pemandangan tanah bojonegoro yang damai, tapi sepi bangeeeeeet, hanya ada penjual makanan dan kopi.

Kemudian, kami siap-siap mau mandi dan sholat di Masjid. Setelah sholat, para perempuan menyiapkan diri, dandan make up biar mereka cantik hahaha. Cowok-cowok menunggu di depan masjid lagi mengobrol *keren kan hahahahahahaha..

Nah, ketika matahari pagi sudah terbit, kami jalan-jalan sambil cuci mata di Alun-alun Bojonegoro. Alun alun Bojonegoro cukup bagus apalagi pemandangan alami tapi sayangnya belum ada akses utk kursi roda dan jalan utk Tuna Netra,, kami selalu tunjukkan tempat disini sebabnya kami berharap harus ada aksesibilitas di Alun alun,difabel² bisa menikmati di Alun Alun.. Semoga pemerintah Bojonegoro bisa sediakan aksesibilitas.. jalan² sambil menunggu waktu acara, padahal merasa sudah lama hehehe kira² 4 jam, sampai jam 8 pagi kami siap² berangkat ke Rumah Asna.

Asna siapa?? Asna itu saudara kami sebagai Volunteer Akar Tuli 2013, pas dia acara menikah. Udah sampai di Rumah Asna, lumayan banyak yg datang ada teman Asna dan Suaminya.. selama di rumahnya, ngobrol²an sampe foto²,, eeeh ternyata disini selama 4 jam hehehe. Jam 12 pulang dari ke rumah Asna. Salah satu teman Tuli namanya Aditya ide ajak kita ke Bukit Jamur Gresik tapi ternyata hari sabtu itu tutup. Kami lagi mikir² mau kemana yah hehehe.. Terus pamit pulang di Rumahnya, setelah itu mau ke Lamongan utk tempat istirahat dan sholat di Pom bensin, sampe ada diskusikan soal wisata mana.. akhirnya keputusan mau ke Pantai Kenjeran Surabaya. Kami berangkat ke Surabaya.

Sampai di Kenjeran, saya senang bertemu sama Laut hahahahahahaha karena saya memang hobi mantai. Di Kenjeran, kita jalan² sambil pemandangan indah,Trus kami coba buat Manique Challenge hahaha, apalagi kami susah cari minum es buat segar karena cuacanya panas.. setelah itu kami mau ke Royal Plaza Surabaya buat Makan sore sekalian minun es jua hehehe.. Sudah sampai di Royal Plaza jam 6 sore, kami menghibur diri sambil cuci mata.. Kita lagi makan di Foodcourt, ketemu sama Bunga ( Ketua komunitas KARTU Surabaya), KARTU?? Artinya Komunitas Aksi Tuli tapi itu masih baru. Senangnya bisa ngobrolan bareng². Sampai jam 8 malem mau pulang ke Malang,, siap berangkat. Selama perjalanan dg lancar *alhamdulillah padahal malam minggu biasanya macet hehehe..

Sampai di Malang jam 10.30 malem. Saya langsung tepar sama tidur di kontrakan WUJ apalagi gak sadar pamit utk aku nginap disini, sampe sadar bangun bentar langsung pamit sama Jefri, " Jef, pamit yaa aku tidur disini gapapa?" Bangun sambil langsung pamit,, jefri bilang gapapa sambil mengangguk. Langsung aku kembali tidur pulas sampe jam 9 eeeh hahahahahahaha..
Sudah itu aca ceritanyaaa,, maaf telat bikin hihihi..

Ohyaa Selamat Menikah Asnaaa!

(yoga)

Monday, November 21, 2016

X-tion (Gathering for Special Children)

Hallo sobat Akar Tuli!

Assalamualaikum.
Perkenalkan namaku tanti, aku volunteer baru Akar Tuli. Tanti di sini ingin cerita tentang kegiatan Akar Tuli. Kemarin tanggal 13 November 2016 Akar Tuli ada acara seru lho, tapi kali ini Akar Tuli tidak sendiri. Akar Tuli berkolaborasi dengan mahasiswa Universitas Brawijaya Fakultas Ilmu Kedokteran dalam acara Xtion. Wah acara apa itu yaa?

Jadi Xtion ini merupakan kegiatan Extraordinary Gathering for Special Children yang rutin diadakan oleh kakak-kakak dari fakultas ilmu kedokteran universitas brawijaya, kegiatannya mengunjungi Yayasan Pendidikan Tunas Bangsa (YPTB) Sekolah Luar Biasa Tuna Rungu (SLB) yang berlokasi di Jalan Brigjen Slamet Riadi No. 126, Oro-oro Dowo, Klojen, Malang.

Kakak kakak mahasiswa mengajak kami teman teman Akar Tuli, perwakilan dari teman teman Akar Tuli antara lain teman tuli ada kak Uut(Ketua Akar Tuli), Kak Yoga (Wakil Ketua Akar Tuli), Kak Wildan (Sekertaris Akar Tuli), Kak Jefri (Bendahara Akar Tuli), Kak Ikbar dan Kak Sefa sedangkan perwakilan volunteer ada Kak Ai, Kak Rofi, Kak Idot, Kak Retno, Kak Sry, Kak Anggra dan Tanti.

Kami diminta untuk membantu pelatihan bahasa isyarat kepada kakak kakak mahasiswa kedokteran. Materinya seputar History Taking. History Taking biasanya dipakai untuk keperluan berkomunikasi antara dokter dan pasien untuk mengetahui apa yang dikeluhkan pasien tentu di terjemahkan dalam bahasa isyarat. Untuk mempermudah pelatihan kami di bagi dalam beberapa kelompok kecil dalam satu kelompok terdapat satu teman tuli dan satu volunteer lalu kakak-kakak mahasiswa ikut bergabung dalam kelompok jumlah nya kurang lebih enam orang. Kegiatannya seru sekali, kakak-kakak mahasiswa sangat antusias dan banyak bertanyaan seputar bahasa isyarat dan ketulian.

Setelah pelatihan bahasa isyarat kami diajak untuk bermain game. Bermain game ini kami ditemani adik-adik dari sekolah Yayasan Tunas Bangsa, Sekolah Luar Biasa Tuna Rungu. Kegiatan bermain ini tidak kalah seru. Ada 3 jenis permainan yaitu permainan estafet kardus, estafed karet dan memasukkan paku dalam botol secara bersama-sama. Dalam game dibagi menjadi kelompok kelompok dan setiap kelompok terdiri dari kakak-kakak mahasiswa, teman-tema Akar Tuli dan adik-adik dari SLB. Permainan terasa sedikit berbeda sebab setiap instruksi permainan harus dijelaskan menggunakan bahasa isyarat. Walaupun cuaca sangat terik kami tetap bersemangat untuk bermain. Akhirnya permianan dimenangkan oleh kelompok Kak Yoga Kak Anggra dan Kak Sry. Setelah permainan dilanjutkan dengan acara snack time yaitu pembagian kue dan susu. Acara ditutup dengan penyerahan vandel dari kakak kakak mahasiswa ilmu kedokteran kepada Kak Yoga selaku wakil ketua Akar Tuli, lalu cap tangan dengan menggunakan cat kemudian foto bersama kakak-kakak mahasiswa, teman-teman Akar Tuli, adik-adik siswa SLB dan Guru SLB.

Terima Kasih Kakak –kakak Mahasiswa Fakultas Ilmu Kedokteran Unversitas Brawijaya, Guru serta Adik-Adik siswa SLB Yayasan Pendidikan Tunas Bangsa . Semoga keceriaan dan kebersamaan ini tetap berlanjut di acara –acara berikutnya.

Sunday, November 20, 2016

Talkshow Akartuli: Katalis Pendidikan


Halo selamat pagi, ini pertama kali saya kembali ngepost di Blog Akar Tuli, setelah beberapa tahun yang lalu saya tidak sempat ngepost di blog, termasuk blogku pribadi karena sibuk kuliah di UNMER . Kalau mau lihat blog saya silakan kunjungi web ini zhoma-yes.blogspot.co.id untuk belajar tentang TIK dan kumpulan hasil karya desainku, tetapi biasa saja, hehehe… Sekarang baru kembali ngepost di Blog Akar Tuli.

Sekarang saya mau memperkenalkan diri saya. Nama saya Souma Tri Wicaksono. Saya biasa dipanggil  Souma. Saya menjadi anggota Akar Tuli sejak  tahun 2013 sampai sekarang. Tetapi saya jarang datang di kegiatan Akar Tuli misalnya pelatihan bahasa isyarat, perform, dll karena kesibukan saya.

Namun, beberapa hari yang lalu saya dapat undangan dari Katalis Pendidikan yang disampaikan oleh Ovek sebagai pengurus Akar Tuli. Sebelum acara, saya chat/ tanya dulu ke ovek lewat WA agar kami bisa hadir di acara, tetapi dia kayaknya belum bisa hadir karena ada  kuliah di UB. Saya bingung ingin menemani ovek, lalu saya chat lagi ke Yoga karena sampai beberapa jam kemudian saya dapat menerima chat WA dari Anggra sebagai  volunteer Akar Tuli. Sebelumnya, saya pikir saya dan ovek ikut di Acara nanti tanpa Juru Bahasa Isyarat (JBI). Ternyata dia ikut untuk membantu mendamping dan menjadi Juru Bahasa Isyarat (JBI). Hehehe…  

 

Kemudian saya mempersiapkan diri untuk berangkat ke Warung Komika di Jl. Jakarta untuk mengadakan acara Talkshow dan Diskusi dengan tema “Pendidikan Moral di Era Milenial”. Saya mau mengeluarkan sepada motor dari garasi saya dan melihat awan mendung di langit sebelum hujan turun, lalu chat WA ke Anggra agar bersiap untuk berangkat. Eh, di  kostnya hujan deras, tetapi di rumah saya belum hujan tetapi bebarapa saat kemudian  hujan turun sehingga tidak jadi berangkat karena hujan semakin deras juga. Ternyata hari itu  hujan merata  di kota malang. Hehehe…  Saya terus menunggu mungkin hujan akan mereda agar bisa berangkat, ternyata hujan turun terus-menerus. Saya berfkir untuk naik mobil.  Saya berangkat ke sana dengan mobil tetapi terlambat datang karena macet di sepanjang  Jalan Jaksa Agung Suprapto dekat RS. Saiful Anwar Malang. Saya ketemu Anggra di Warung Komika dan bilang minta maaf terlambat datang. Dia bilang tidak apa-apa sambil senyum membuat saya lega. Hehehe.. Kami masuk ke dalam warung komika dan mengisi daftar hadir.

Acaranya sudah dimulai dari jam 2.30 WIB , sedangkan kami  datang jam 3 lebih. Sebetulnya saya ingin melihat acara dimulai dari awal seperti apa.  Saya merasa gugup memasuki ruangan karena  melihat banyak komunitas kira-kira 20 lebih. Saya duduk sambil melihat dia menerjemahkan isyarat saat pemateri presentasi tentang ….. (lupa judulnya). Beliau bernama Pak Suef dari Forum Masyarakat Peduli Pendidikan (FMPP).
Lanjut Pemateri kedua yang bernama Pak Zainal sebagai Dosen Sosiologi dari UMM yang menyampaikan materi tentang Pendidikan Moral

Contoh, “ Anaknya suka menonton film kartun misalnya shinchan, doraemon, dragon ball, dll .Hal itu menyebabkan anaknya akan berubah seperti dalam film tsb.  Apalagi Orang tuanya sibuk sms maupun chat lewat HP sehingga tidak peduli anaknya yang mau belajar .Kadang orang tuanya memaksakan anaknya harus belajar di sekolah maupun di rumah misalnya harus bisa matematika, dll. Hal itu tidak benar.”

Saya sedikit tahu tentang hal tersebut karena cerita panjang,tetapi banyak yang saya lupa. Saya heran melihat Anggra sebagai JBI bisa menerjemah bahasa isyarat dengan lancar waalupun sedikit lupa isyarat apa saja, tetapi ekspresinya mantap dan bagus banget. Dia seperti orang Tuli ternyata bukan orang Tuli melainkan orang hearing. Hehehe..

Beberapa jam kemudian Ovek baru datang dari UB sehingga terlambat datang. Kami berdua melihat Anggra menerjemahkan isyarat saat pemateri menyampaikan presentasinya. MC bertanya kepada beberapa komunitas sehingga banyak angkat tangan …. (lupa komunitasnya). Sampai saya tidak sempat bertanya sebab sungkan. Hehehe… 

Beberapa jam Ovek mau kembali masuk ke UB karena jadwal jam kuliah. Saya merasa Ovek kok sebentar pulang dari acara. Selain Ovek, Volunteer terlambat datang juga bukan terlambat tetapi digantikan volunteer. Volunteer yang bernama Idot sebagai volunteer Akar Tuli masih baru masuk gabung di komunitasnya tahun ini. Dia pertama kali tugas JBI di Acara. Saya melihat isyaratnya cukup bagus walaupun kurang ekspresinya contohnya ekspresi marah, senang, dsb. Terima kasih Anggra dan Idot atas membantu mendampingi saya.

Tuesday, November 8, 2016

Akar Tuli on Brawijaya Expansion Event (Part 2)


Hello everyone, how are you? Excited for other stories? ;) So, last week we told you about our experience on Expo from gadis' point of view. Now, Hasan is sharing about our story in the EXPO. 

Yesterday October 30, 2016, we participated in Expansion Brawijaya event. Where was it? It was in the FILKOM UB field. The event were really fun. There were many communities came both from UB and other Malang communities. We were given the opportunity to open a stand and socialize about our community: Akar Tuli

We were getting started at 10 am. Everything is ready, but the rain  in our stand swamped. Luckily the committee were very kind; when we asked that we wanted move, they just granted it. 

At  our stand, we socialized about BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia/ Indonesian Sign Language) and sold some souvenirs such as shirt, totebag, and bracelet. 

Many visitors were shy, we knew that actually they wanted to learn sign language, but they seems hesitated. Nevertheless, we continue to welcome visitors and as a result a number of visitors came to our stand to learn sign language or want to join with Akar Tuli.

It was getting darker, and our stand getting a lot of visitors. We also got the opportunity to promote on stage at 06.30. Mas Yoga and I, Idot, were on stage. Apparently, many people interested to join Akar Tuli. While Mas Yoga were explaining to the people, he also emphasized that Deaf friends is more comfortable to be called as Tuli (deaf) instead of to be called as not Tunarungu (hearing impaired). According to them, tunarungu is a term for people who are sick, but the Deaf felt that they are not sick, they are different. After that, apparently we got the most favorite community award from the Expo committee. We were extremely very happy and gave thanks to the visitors that chose us as a favorite community. :)


_____________________________________________________________________________

written by: Hasan
edited by: Idot, Ai, and Gadis

Tuesday, November 1, 2016

Akar Tuli on Brawijaya Expansion Event (Part 1)





Halo! Happy November everyone! Today, because our previous post is about simple past, the writer will write in English using simple past tense. Yeyyyyy *clapping* Every word written in V2 will be underlined. In this very special occasion, I am going to talk about Akar Tuli on Brawijaya Expansion Event. Excited, huh? ;)

_____________________________________________________________________

Brawijaya Expansion Event held on October, 29th, to be exact, it was saturday. In this event, Brawijaya gathered all of Malang community and Akar Tuli was invited. There were bunch of them:



I came around 1 PM and apparently Mufti and Ikbar were already there in Akar Tuli stand. They had prepared everything when I arrived,

Few hours later, suddenly the rain felt. :( and our stand was flooded. The committee of Brawijaya Expansion tried to sweep the water, but of course it did not solve the problem. 

Eventually, the committee allowed us to move our stand. Yey! They also helped us re-prepared everything.


the new stand

At 4 pm, the rain stopped, the show begun, and visitor started to come. At first, they came closer slowly to our x-banner, which is consist of Indonesia sign language (BISINDO/Bahasa Isyarat Indonesia). They looked shy. but eventually they were willing to learn sign language. 



Our first visitor were 2 girls from somewhere, I forgot where they were. Uut and Ikbar, and I as interpreter, taught how to sign for them.



After that, there were bunch of Maba from Filkom (Faculty of Computer Science). They were funny, after they learned about sign, they asked us to teach them how to say love to someone use sign language. :D


Meanwhile, Mas Mufti also busy with their clients.

At that time, there were only 2 interpreters, that is, Mas Mufti and I. I was exausted, but I am proud of Akar Tuli, and I was very happy that a lot of people learned sign language. :))


the squad

_________________________________________________________________________


written by: gadis